
Sosok Pribadi KH. Muh. Maftuh Sa’id lahir di sebuah
daerah pinggir sungai Bengawan Solo, tepatnya di desa Ngaren Bungah, Kab. Gresik. Beliau adalah putra pertama
dari pasangan al-maghfurlahu
KH. Sa’id Mu’in dan Nyai Hj. Mardliyah. Dalam perjalanan hidupnya, Kiai Maftuh
kecil pernah mengenyam pendidikan Sekolah Rakyat (SR) di Bungah Gresik, pada
tahun 1956. Namun, hanya sampai kelas empat saja. Setelah menyelesaikan hafalan
al-Qur’annya dari sang ayah, beliau meneruskan pendidikan agama ke Pondok
Pesantren Al-Falah Ploso Kediri, selama 9 tahun. Tepatnya sejak 1964 sampai
1973. Penderitaan dan kesedihan seakan sudah menjadi “teman” Kiai Maftuh kecil
saat mondok di Al-Falah. Dari pengakuannya dalam banyak kesempatan saat mulang
santri, Kiai Maftuh kecil tidak jarang menunggu belas kasihan teman-temannya
waktu itu, untuk bisa ikut makan bareng; menunggu ada yang
menyuruhnya untuk membelikan atau mengerjakan sesuatu. Selain termasuk dari
keluarga kurang mampu, waktu itu pengasuh termasuk santri yang paling kecil.
Maka tidak heran, jika hampir semua santri mengenalnya. Namun, kelebihannya
dari teman-temannya kala itu, adalah hafalan Qur’annya pada usia yang sangat
dini. Usratul Huffadz Seperti sudah disinggung di atas, KH. Muh. Maftuh Sa'id
adalah putra pertama dari tiga belas bersaudara yang saat ini tinggal
sebelas orang, pasangan Asy-Syekh Al-Hafidz KH. Muh. Sa'id Mu’in dan Nyai
Hj. Mardliyyah yang tinggal di Gresik. Tidak berlebihan jika penulis mengatakan
bahwa keluarga besar ini adalah usratul Huffadz yaitu keluarga para penghafal
Al-Qur'an. Dari kesaksian para santri dan kerabat, bahwa KH. Muh. Sa'id, semasa
hidupnya, sangat "galak” dan keras mendidik putra-putri dan para santrinya
dalam membaca dan menghafal Al-Qur'an. Hasilnya, seluruh putra dan putri beliau
dan hampir semua santrinya telah hafal Al-Qur’an. Sebuah kenyataan yang sukar
dicari padanannya. Ini tidak lain, karena kedisiplinan sang ayah dalam
mendidik. Kedisiplinan KH. Muh. Sa’id Mu’in dalam mengajarkan Al-Qur’an juga diakui
oleh para Kiai besar di masanya. Menurut pengakuan Nyai Hj. Mardliyyah, bahwa
Alm. KH. Hamid Pasuruan memberikan julukan "asadul Qur'an"
(harimaunya Al-Qur'an) kepada KH. Muh. Sa’id Mu’in. Kiranya sifat inilah yang
"mengalir" kepada putra sulung beliau KH. Muh. Maftuh Sa'id; telah menyelesaikan hafalan
Qur'annya pada usia 9 tahun. Serta "kegarangan" dalam
engajarkan cara membaca dan menghafal Al-Qur'an. Karena
“keberhasilan” asy-Syekh al-Hafidz Sa’id dalam menerapkan sistem tahfidzil
Qur’an, tidak sedikit para pengasuh pondok-pondok besar se-Indonesia yang
datang kepada beliau; memohon restu dan ijin membuka lembaga Tahfidul Qur’an di
pondok mereka masing-masing. Kenyataan ini juga diakui oleh pengasuh PP.
Al-Amin, KH. Moh. Idris Djauhari; datang bertandang ke kediaman KH. Muh. Sa’id
Muin, memohon restu saat akan membuka program ‘Ma’had Tahfidz’ di Al-Amien,
Prenduan Sumenep Madura. Setelah menikah dengan Nyai Hj. Marfuatun, putri KH.
Mahfudz Mukhtar,
dari Kepanjen Malang, Kiai Maftuh muda tinggal untuk sementara waktu
di Kepanjen, sebelum selanjutnya hijrah ke desa Sudimoro Bululawang Malang.
Hijrah ke Desa Sudimoro Banyak sebab yang menjadi perantara hijrahnya Kiai
Maftuh muda ke Bululawang Malang, tepatnya di desa Sudimoro. Namun
yang pasti, ini adalah takdir Allah SWT. yang mengirim dan menempatkan beliau untuk
membina masyarakat desa Sudimoro dan sekitarnya. Kira-kira pada pertengahan
tahun 1980-an, KH. Maftuh Sa'id muda bersama seorang istri dan ketiga
anaknya; Nurul Hafshah, Muh. Agus Fahim dan Hanifah Sa’diyyah, hijrah ke desa
Sudimoro, dan menempati sebuah rumah kontrakan yang sangat sederhana. Di rumah
inilah untuk pertama kali KH. Maftuh Sa'id mengikuti jejak ayahandanya,
mendidik putra-putrinya menghafal Al-Qur'an. Akhirnya, seiring dengan berjalannya
waktu, banyak masyarakat yang ingin menitipkan anak-anak mereka untuk dididik
membaca dan menghafal Al-Qur'an. Karena, pada waktu itu, jangankan untuk
menghafal, bisa membaca Al-Qur'an dengan baik saja, pada usia dini, sudah
menjadi nilai tambah di tengah masyarakat. Ketenaran KH. Muh Maftuh Sa'id
sebagai pendidik membaca dan menghafal Al-Qur'an-pun kian tersebar bukan hanya
di daerah Malang saja, tapi hampir seluruh pelosok Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan terus bertambahnya para santri dari seluruh penjuru
nusantara.

Created By :
ibn_hasan musthofa & n!z4R
Tidak ada komentar:
Posting Komentar