




Saat itu kita hanya mempunyai beberapa pucuk senjata api, selebihnya para pejuang menggunakan bambu runcing. Namun para pejuang kita tak pernah gentar untuk melawan penjajah. Kita masih ingat tokoh yang terkenal pada saat perjuangan itu yakni bung Tomo yang mampu menyulut semangat perjuangan rakyat lewat siaran radionya.
Setiap tahun kita mengenang jasa para pahlawan, namun terasa mutu peringatan itu menurun dari tahun ke tahun. Kita sudah makin tidak menghayati makna hari pahlawan. Peringatan yang kita laksanakan sekarang cenderung bersifat seremonial. Memang kita tidak ikut mengorbankan nyawa seperti para pejuang di Surabaya pada waktu itu.
Akan tetapi kepahlawanan itu tidak hanya berhenyti di sana. Dalam mengisi kemerdekaan pun kita dituntut untuk menjadi pahlawan. Bukankah arti pahlawan itu adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran? Bukankah makna pahlawan adalah pejuang yang gagah berani? Bukankah makna kepahlawanan tak lain adalah perihal sifat pahlawan seperti keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban dan kekesatriaan?
Menghadapi situasi seperti sekarang, kita berharap muncul banyak pahlawan dalam bidang segala kehidupan. Dalam konteks ini kita dapat mengisi makna hari pahlawan yang kita peringati setiap tahun. Bangsa ini sedang membutuhkan banyak pahlawan, pahlawan untuk mewujudkan indonesia yang damai, indonesia yang adil dan demokratis, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Setiap orang harus berjuang untuk menjadi pahlawan. Karena itu, hari pahlawan tidak hanya pada 10 November, tetapi berlangsung setiap hari dalam diri kita. Setiap hari kita berjuang paling tidak menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri dan keluarga, artinya kita menjadi warga yang baik dan meningkatkan prestasi dalam kehidupan masing-masing. Mahasiswa universitas Trisakti yang tewas ditembak dalam perjuangan reformasi adalah pahlawan, meskipun negara belum menobatkan mereka sebagai pahlawan.
Melalui momentum hari pahlawan, diharapkan dapat terbangun karakter bangsa yang kuat dan kokoh untuk dapat dijadikan sebagai energi penggerak kemajuan bangsa. Sehingga bangsa Indonesia tidak akan terombang-ambing dan kehilangan arah di tengah derasnya arus globalisasi serta dapat menghadapi segala tantangan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri.
Nilai kepahlawanan tersebut dapat sebagai modal sosial untuk kemudian mengemplementasikan dan mendayagunakannya dalam mengatasi berbagai masalah bangsa seperti kemiskinan, pengangguran, keterlantaran, korban bencana dan masalah-masalah sosial lainnya.
Semangat kepahlawanan yang telah ditunjukkan para pahlawan dalam pertempuran 10 November, hendaknya dapat dihayati dan menjadi inspirasi serta sumber motivasi dalam mengisi kemerdekaan dengan berbagai cita-cita kemerdekaan Indonesia.













By : (3_D4N)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar